MINI PROYEK PENDIDIKAN
Topik
Dinamika Pengajaran
Judul
Keefektifan pengajaran antara guru
professional dengan guru non-profesional
Pendahuluan
Sebagaimana kita tau,
pembelajaran dilakukan dengan system mengajar dan diajar. Nah, salah satu aspek
penting yg memengaruhi kualitas dari suatu pendidikan adalah sumber daya
pengajar. Jadi, kami disini mengamati dan menanyakan cara pegajaran yang
efektif menurut pandangan siswa itu sendiri. Cara mengajar mana yang lebih
disukai dan lebih mudah dimengerti oleh siswa. Maka dari itu, kami
melakukan penelitian ini untuk mengetahui cara mengajar mana yang lebih sesuai
untuk siswa, karena kita tau siswa akan lebih antusias jika dihadapkan dengan
pengajar yang cara mengajarnya mereka sukai.
Landasan Teori
Paedagogi
Paedagogi berdasarkan Buku John W. Santrock adalah
cara mengajar suatu disiplin ilmu secara efektif. Maksud dari efektif disini
adalah mampu membuat siswa menjadi lebih aktif di dalam kelas. Paedagogi
merupakan istilah yang merujuk pada strategi pembelajaran. Disamping itu
paedagogi merupakan suatu ilmu yaitu ilmu yang membicarakan masalah dalam
kegiatan mendidik, seperti alat mendidik, tujuan mendidik, tekhnik mendidik,
dan sebagainya. Paedagogi termasuk ilmu yang sifatnya teoritis dan praktis.
Oleh karena itu paedagogi banyak berhubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti:
ilmu sosial, ilmu psikologi, psikologi belajar, metodologi pengajaran,
sosiologi, filsafat dan lainya.
Berikut merupakan kompetensi dasar guru menurut
undang undang.
1. KOMPETENSI PEDAGOGI
Dalam
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik”.
Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini
dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.
a. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran
Menurut
Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup
kemampuan:
1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan
pengajaran,
2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar
mengajar,
3) merencanakan pengelolaan kelas,
4) merencanakan penggunaan media dan sumber
pengajaran; dan
5) merencanakan penilaian prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran.
Depdiknas
(2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi (1)
mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir
materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan
sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu
menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.Berdasarkan
uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru
mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung,
yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan,
merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar,
dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
b. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar
Mengajar
Melaksanakan
proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun.
Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan
dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat,
apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah
kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran.
Pada
tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang
siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip
mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan
keterampilan menilai hasil belajar siswa.Yutmini (1992:13) mengemukakan, persyaratan kemampuan yang
harus di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi
kemampuan: (1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan
yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata
pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4)
mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi
proses belajar mengajar.
Hal
serupa dikemukakan oleh Harahap (1982:32) yang menyatakan, kemampuan yang harus
dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan:
(1) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, (2)
mengarahkan tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode
yang relevan dengan tujuan pengajaran, (4) melakukan pemantapan belajar, (5)
menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar, (6) melaksanakan layanan
bimbingan penyuluhan, (7) memperbaiki program belajar mengajar, dan (8)
melaksanakan hasil penilaian belajar.
Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam
menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis,
sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan
efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan
kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap
perubahan perilaku siswa.
Depdiknas
(2004:9) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi
(1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode,
(4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6)
memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa
secara komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik,
(11) melaksanakan penilaian, dan (12) menggunakan waktu. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan
dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan
dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan
proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat
menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
Tujuan
1. Melihat ketertarikan
siswa terhadap cara mengajar dari guru formal dengan guru informal
2. Mengetahui cara mengajar
mana yang lebih disukai siswa.
3. Mengetahui cara mengajar
mana yang lebih efektif dan mudah dipahami siswa.
4. Mengetahui apa yang
diharapkan siswa agar proses belajar dan mengajar menjadi lebih baik
Alat dan Bahan
1. Alat tulis (kertas dan pulpen)
2. Kamera
digital
3. Handphone
4. Laptop
5. Reward (snack
dan kue)
Analisis Data
Metode yang kami gunakan
adalah :
1.
Metode
wawancara
Metode wawancara kami lakukan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan singkat kepada siswa SMA Harapan 3
secara langsung.
2.
Metode observasi
Metode observasi kami lakukan dengan
mengamati secara langsung proses belajar mengajar di dalam kelas formal dan
informal.
Subjek Observasi
10 orang siswa/I SMA Swasta Harapan 3
2 orang siswa private tutor “ “
Time table
perencanaan kegiatan
Kegiatan
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
||
1.
|
Pemilihan tema
|
v
|
|||||||||
2.
|
Penentuan judul
|
v
|
|||||||||
3.
|
Diskusi metode pelaksanaan penelitian
|
v
|
|||||||||
4.
|
Penyusunan pendahuluan dan landasan teori
|
v
|
|||||||||
5.
|
Peninjauan lokasi
|
v
|
|||||||||
6.
|
Pelaksanaan observasi
|
v
|
|||||||||
7.
|
Penganalisaan data dan penarikan kesimpulan
|
v
|
|||||||||
8.
|
Penyusunan laporan
|
v
|
|||||||||
9.
|
Pembuatan Poster
|
v
|
|||||||||
10.
|
Evaluasi
|
v
|
Kalkulasi Biaya
1. Reward
(snack) : Rp 30.000,-
2. Kue
(Bolu “Aroma”)
: Rp 22.000,-
Total : Rp
52.000,-
HASIL OBSERVASI
Dalam
pelaksanaan observasi ini kami mengunjungi rumah M. Oktorianta Bangun untuk
mengamati dinamika pengajaran pada tenaga pengajar informal sekaligus
mengetahui pandangan siswa terhadap cara mengajar dianggap siswa tersebut lebih
efektif. Selain dari subjek informal, kami juga mengunjungi sekolah Harapan 3
untuk mendapatkan subjek dari sektor formal. Disini kami mengamati proses
belajar mengajar di kelas dan melakukan wawancara terhadap 10 siswa SMA Harapan
3. Disini kami ingin melihat perbedaan cara mengajar guru profesional dan guru
non-profesional dalam melakukan pendekatan kepada siswa, dan kemampuan untuk
membuat siswa lebih mengerti terhadap mata pelajaran tersebut.
Hasil
yang kami temukan dilapangan menunjukkan bahwa :
ü jumlah
peserta ajar berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Dan hal ini relevan
karena banyaknya pendapat yang menyatakan bahwa mereka lebih menyukai sistem
belajar informal dibanding formal dimana biasanya dalam pendidikan informal
siswa per kelasnya tidak lebih dari 20 30 orang.
ü aturan-aturan
yang terlalu ketat dalam institusi pendidikan formal mengurangi ketertarikan
siswa untuk belajar.
ü Pendekatan
interpersonal kepada siswa dalam pembelajaran informal lebih baik dibanding
sistem pembelajaran formal. Hal ini bisa juga disebabkan oleh peserta ajar yang
terlalu banyak di dalam kelas formal, sehingga tenaga pengajar kesulitan meng-handle masing-masing individu.
ü Ada
pendapat mengenai perbedaan skill mengajar pada guru formal dibandingkan dengan
guru informal, menurut kami ini lebih disebabkan oleh perbedaan kurikulum dari
sekolah formal dengan institusi pendidikan informal
ü Ada
perbedaan motivasi siswa untuk mengikuti pendidikan informal, diantaranya untuk
menambah skill dibidang seperti bahasa inggris atau mengejar ketertinggalan
pelajaran di kelas formal (sekolah).
ü Siswa tetap menganggap bahwa pendidikan formal
itu penting. Namun mengeluhkan cara pengajaran sekolah formal yang tidak
menarik
Kami
juga menanyakan apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran
sekolah formal pada mereka. Beberapa yang bisa diperhatikan agar pendidikan
formal dapat dikemas secara lebih menarik yaitu :
ü Guru
diharapkan memberi pendekatan lebih personal pada setiap siswa.
ü Institusi
sekolah agar tidak menerapkan aturan aturan yang terlalu mengekang.
ü Meningkatkan
kualitas guru dalam metode pembelajaran yang lebih student centered dan tidak
membosankan.
KESIMPULAN
Dari
hasil observasi, dapat kami simpulkan bahwa kebanyakan siswa yang kami
interview lebih menyukai pembelajaran informal, karena terdapat perbedaan
dinamika pengajaran yang signifikan dalam sistemnya. Beberapa diantaranya
adalah perbedaan jumlah peserta didik, peraturan yang ada dan skill pendidik
lebih advanced dan personal pada sistem pendidikan informal. ini tentu
mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar.
TESTIMONI
Muhammad Yani Bagus Irianto
11-059
Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih kepada Bu
Dina yang memberikan tugas ini, karena dengan tugas ini saya kembali
bernostalgia dengan masa SMA saya. Kedua, tugas ini salah satu dari berbagai
tugas yang bisa dibilang mendadak dalam pengerjaannya. Itu juga yang membuat
tugas ini terasa sangat menyenangkan dan menegangkan. Ketiga, saya ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan tugas ini.
M.Oktorianta.Bangun 11-119
Tugas
kali ini seru, memberi saya pengalaman baru yang menyenangkan sekaligus
stressful. Karena tidak ada pelaksanaan yang sesuai rencana, kalau kami
berencana seringnya gak jadi, oleh karenanya kami menganut sistem go show. Tapi
secara keseluruhan semuanya asik. Terima kasih pada bu dina yang telah
memberikan bimbingannya. Saya sadar kerja kami tidak maksimal tapi kami
berusaha lakukan yang terbaik versi kami. Jika ada kesalahan kami terbuka untuk
diskusi, terima kasih.
Muhammad Rajief 11-117
Kami
dari segenap kru yang bertugas dari kelompok ini mengucapkan banyak terima
kasih kepada bu Dina yang telah
memberikan kami pengalaman dalam tugas mini proyek kali ini. Awalnya
kami merasa kesulitan, karena banyak hal dalam tugas ini yang tidak sesuai dengan
rencana kami. Tapi hal itu menjadi sebuah tantangan buat kami, dan akhirnya
terciptalah karya kami ini. Semoga usaha kami selama ini dapat bermanfaat dalam
kehidupan umat manusia ini, khususnya dalam hal pendidikan.wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar